Rabu, 21 April 2010

USB Charger Bertenaga Matahari


Tema green energy semakin gencar dihembuskan oleh berbagai kalangan. Beragam produk yang disebut-sebut sebagai produk ramah lingkungan juga semakin marak. Salah satunya adalah Solar Charger USB Hub yang didesain untuk mengisi ulang perangkat portabel.

Coba hitung-hitung, sudah berapa kali Anda berharap bahwa ponsel Anda mampu bertahan beberapa menit lagi sebelum otomatis mati karena kehabisan baterai? Menggunakan Solar Charger USB Hub, Anda masih bisa memperpanjang umur baterai ponsel atau gadget Anda beberapa saat. Gadget yang mampu mengisi ulang ini berbentuk USB hub 4 port yang dapat digunakan pada notebook ataupun PC desktop, dihubungkan dengan komputer.

Keempat port USB yang tersedia pada hub mendukung spesifikasi USB 2.0 dan bekerja normal dengan perangkat yang lebih lawas yang menggunakan interface USB 1.1. Fitur plug and play yang tersedia membuat perangkat tidak membutuhkan driver apapun ketika akan menggunakan Solar Charger USB Hub ini pada sistem operasi Windows 2000, XP, dan Vista serta Mac OSX dan Linux.

Dengan ukuran 8 x 8 sentimeter dan ketebalan 1,6 centimenter, produk berbobot 54 gram ini mudah dibawa ke mana-mana.

Charger ini hadir dengan baterai lithium yang bisa diisi ulang dengan menjemur unit USB hub ini di bawah sinar matahari atau dicolokkan ke catu daya. Menggunakan adaptor, USB ini dapat disambungkan dengan gadget seperti NDS Lite, ponsel seperti Nokia, Motorola, HTC, Dopod, LG, Samsung, Sony Ericsson, dan gadget MP3 atau MP4 lainnya.

Solar Charger USB Hub yang dijual seharga 20 dolar AS ini cocok untuk digunakan atau sebagai hadiah untuk teman Anda.

Alat Pacu Jantung di Kontrol Melalui Internet


Kasyjanski, seorang warga Amerika Serikat (AS), selama lebih dari 20 tahun menggantungkan hidupnya pada alat pacu jantung. Namun sekarang, ia menjadi orang pertama di AS yang menggunakan alat pacu jantung tanpa kabel. Dengan alat baru, dokter bisa terus memonitor kondisi perempuan berusia 61 tahun itu dari jarak jauh melalui internet.

Seperti VIVAnews kutip dari Dailytech, 11 Agustus 2009, saat Kasyjanski menuju Rumah Sakit St. Francis di Roslyn, New York, untuk melakukan tes rutin, sekitar 90 persen pemeriksaan sudah dilakukan. Itu karena dokter telah mempelajari kondisi pasien dari informasi yang dikirim alat pacu jantung Wi-Fi tersebut kepada dokter melalui internet. Kasyjanski mengatakan, alat tersebut meningkatkan kepercayaan diri dan memudahkannya menjalani hidup.

Dr. Steven Greenberg, direktur Arrhythmia dan Pacemaker Center Rumah Sakit St. Francis, mengatakan, teknologi baru ini membantunya untuk merawat pasien dan tampaknya akan menjadi standar baru alat pacu jantung.

Greenberg menyebutkan, server dan monitor jarak jauh berkomunikasi sedikitnya satu kali sehari untuk mengunduh semua informasi relevan dan memberi peringatan pada dokter dan pasien jika sesuatu yang tidak normal terjadi.

“Jika sesuatu yang abnormal terjadi, kami punya sistem yang sangat rumit yang akan secara harfiah memanggil dokter yang bertanggung jawab pada pasien tersebut, pada pukul dua pagi kalau perlu,” kata Greenberg. Alat pacu jantung nirkabel produksi St. Jude Medical Inc. itu sendiri surah mendapat persetujuan otoritas makanan dan obat-obatan FDA pada Juli lalu.

Pada berbagai negara di dunia, terdapat 3 juta orang dengan alat pacu jantung, dan lebih dari 600.000 orang memasang alat pacu jantung tiap tahun. Greenberg mengatakan, teknologi nirkabel akan jauh lebih dikenal dalam perawatan pasien, dan bisa memberi waktu bagi dokter untuk lebih fokus pada kondisi pasien.

“Di masa depan, alat pacu jantung semacam ini mungkin tidak hanya diperuntukkan bagi pasien dengan detak jantung lemah, tapi juga bisa untuk memonitor tekanan darah tinggi, glukosa, atau gagal jantung,” harap Greenberg.